Dua calon mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik yaitu Mafira Liza
Elvira yang mengikuti tes di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Undip dan
Astari Nuriadini yang mengikuti tes di Fakultas Kedokteran Undip.
Keduanya tuna rungu namun cukup mengerti dengan penjelasan tata cara
SBMPTN. Semangat mafira bisa kita teladani bahwa keterbatasan bukalah sebuah penghalang untuk menyongsong cita-cita.
Ketua Panlok 42, Yos Johan Utama, saat meninjau pelaksanaan SBMPTN sempat berkomunikasi dengan Mafira sebelum tes dimulai. Saat ditanya Yos yang juga merupakan Rektor Undip itu, Mafira mengangguk dan memberi tanda mengerti.
"Dia tidak bisa mendengar tapi mampu menjawab. Penjelasan dimengerti karena ada juga yang tertulis. Dia dari SMA Sultan Agung 1 Semarang," kata Yos, Selasa (16/5/2017).
Mafira duduk di barisan paling depan dan langsung melingkari namanya sesudah lembar jawab dibagikan. Yos menjelaskan, tidak ada perbedaan dalam proses SBMPTN terhadap penyandang disabilitas.
"Tes dilakukan sama, kalau diterima ya diterima, asal kebidangannya tidak terhambat. Mungkin bidang tertentu, misal kalau buta warna ya tidak boleh di kimia atau kedokteran," terangnya.
Yos menegaskan, disabilitas bukan hambatan untuk mengemban pendidikan. Menurutnya sudah banyak lulusan Undip yang juga penyandang disabilitas kini sukses.
"Saat kuliah juga perlakuannya sama. Dulu buta total ada, sekarang S2. Sudah banyak yang difabel di sini," ujar Yos.
Peserta SBMPTN 2017 di Panlok 42 Semarang terdiri dari 38.750 peserta paper based test (PBT) dan 1.175 peserta computer based test (CBT). Pelaksanaan tes di Panlok 42 Semarang terdiri dari 4 perguruan tinggi negeri Undip, Unnes, UIN Walisongo, Untidar Magelang serta di 6 SMP dan 9 SMA/SMK. (detik.com)
Ketua Panlok 42, Yos Johan Utama, saat meninjau pelaksanaan SBMPTN sempat berkomunikasi dengan Mafira sebelum tes dimulai. Saat ditanya Yos yang juga merupakan Rektor Undip itu, Mafira mengangguk dan memberi tanda mengerti.
"Dia tidak bisa mendengar tapi mampu menjawab. Penjelasan dimengerti karena ada juga yang tertulis. Dia dari SMA Sultan Agung 1 Semarang," kata Yos, Selasa (16/5/2017).
Mafira duduk di barisan paling depan dan langsung melingkari namanya sesudah lembar jawab dibagikan. Yos menjelaskan, tidak ada perbedaan dalam proses SBMPTN terhadap penyandang disabilitas.
"Tes dilakukan sama, kalau diterima ya diterima, asal kebidangannya tidak terhambat. Mungkin bidang tertentu, misal kalau buta warna ya tidak boleh di kimia atau kedokteran," terangnya.
Yos menegaskan, disabilitas bukan hambatan untuk mengemban pendidikan. Menurutnya sudah banyak lulusan Undip yang juga penyandang disabilitas kini sukses.
"Saat kuliah juga perlakuannya sama. Dulu buta total ada, sekarang S2. Sudah banyak yang difabel di sini," ujar Yos.
Peserta SBMPTN 2017 di Panlok 42 Semarang terdiri dari 38.750 peserta paper based test (PBT) dan 1.175 peserta computer based test (CBT). Pelaksanaan tes di Panlok 42 Semarang terdiri dari 4 perguruan tinggi negeri Undip, Unnes, UIN Walisongo, Untidar Magelang serta di 6 SMP dan 9 SMA/SMK. (detik.com)